Penerapan Metode TERFS pada Transplantasi Lamun dalam Rehabilitasi Ekosistem Padang Lamun di Pulau Panjang
PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B memiliki komitmen dalam melakukan upaya perbaikan lingkungan khususnya terkait upaya perlindungan keanekaragaman hayati. Pada tahun 2024, PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangkitan Tanjung Jati B melakukan implementasi program unggulan di bidang perlindungan keanekaragaman hayati yaitu program Penerapan Metode TERFS (Transplanting Eelgrass Remotely with Frame System) pada Transplantasi Lamun dalam Rehabilitasi Ekosistem Padang Lamun di Pulau Panjang.
Permasalahan Awal
Pulau Panjang merupakan salah satu pulau kecil di Kabupaten Jepara yang memiliki ekosistem pesisir yang cukup lengkap, terumbu karang, lamun dan vegetasi pantai yang tumbuh di pantai berpasir yang landai. Pulau Panjang juga dikenal sebagai destinasi wisata dengan potensi besar untuk pengembangan pariwisata bahari. Akibat aktivitas alami maupun aktivitas manusia mengakibatkan kerusakan pada ekosistem pesisir pada pulau tersebut. PLN UIK Tanjung Jati B melihat perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi ekosistem pesisir pada Pulau Panjang yang salah satunya adalah padang lamun. Salah satu upaya rehabilitasi ekosistem padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun yang dilakukan di Perairan Pulau Panjang.
Padang lamun merupakan salah satu ekosistem pesisir yang sangat produktif dan bersifat dinamik. Faktor-faktor lingkungan yaitu faktor fisik, kimia, dan biologi secara langsung berpengaruh terhadap ekosistem padang lamun. Padang lamun menyediakan habitat bagi banyak hewan laut dan bertindak sebagai penyeimbang substrat, (McKenzie, 2008; Wulandari,dkk, 2013).
Kerusakan ekosistem padang lamun di Perairan Pulau Panjang dapat dijelaskan melalui beberapa faktor. Pertama, surut terendah yang terjadi menyebabkan lamun terekspos ke udara, mengakibatkan lamun mengering dan mati karena tidak mampu beradaptasi. Studi oleh Short et al. (2010) mengkonfirmasi bahwa perubahan fisik seperti ini dapat memengaruhi distribusi dan kelangsungan hidup lamun.
Selain itu, gelombang tinggi yang disebabkan oleh musim dan aktivitas kapal di sekitar perairan Pulau Panjang menyebabkan abrasi pantai, yang mengganggu habitat lamun. Lamun yang berada di daerah pesisir sangat rentan terhadap perubahan dinamika gelombang, yang dapat merusak substrat tempat mereka tumbuh, sebagaimana dijelaskan oleh Hemminga dan Duarte (2000). Kerusakan pada lamun dapat ditunjukkan dengan tercabutnya batang dari substrat dan terdapat kekosongan lamun pada area substrat tertentu. Rahmawati dan Hernawan (2022), mengatakan penggunaan kapal bermesin dan penjangkaran pada lamun saat menangkap ikan ataupun melintas pada saat surut, dapat menyebabkan kerusakan yang masive pada kondisi ekosistem lamun, jika kegiatan ini berlangsung secara intensif maka kerusakan lamun tidak dapat terelakan.
Aktivitas manusia seperti lalu lintas kapal dan pembangunan di wilayah pesisir juga berkontribusi pada peningkatan sedimentasi dan polusi, yang berdampak buruk pada habitat lamun. McKenzie et al. (2020) menyebutkan bahwa sedimentasi yang tinggi dapat mengurangi penetrasi cahaya ke dasar laut, sehingga menghambat fotosintesis lamun.
Terakhir, perubahan iklim yang menyebabkan peningkatan suhu air laut dan perubahan pola curah hujan turut memengaruhi kondisi ekosistem lamun. Peningkatan suhu air laut dapat menyebabkan stres termal pada lamun, sementara perubahan salinitas air akibat pola curah hujan yang berubah dapat memperburuk kondisi lamun. Waycott et al. (2009) menyatakan bahwa perubahan ini dapat menurunkan kemampuan lamun untuk pulih dari gangguan.
Asal Usul Ide Perubahan atau Inovasi
Ide program inovasi Penerapan Metode TERFS pada Transplantasi Lamun dalam Rehabilitasi Ekosistem Padang Lamun di Pulau Panjang muncul karena melihat kerusakan pada ekosistem pesisir pada Pulau Panjang. PLN UIK Tanjung Jati B melihat perlu dilakukan usaha rehabilitasi untuk mengembalikan kondisi ekosistem pesisir pada Pulau Panjang yang salah satunya adalah padang lamun. Salah satu upaya rehabilitasi padang lamun adalah kegiatan transplantasi lamun yang dilakukan di Perairan Pulau Panjang.
PLN UIK TJB bersama Tim Pelaksana melakukan observasi untuk menentukan metode yang efektif pada proses tranplantasi lamun. PLN UIK TJB berkoordinasi dengan beberapa pihak dalam upaya rehabilitasi padang lamun di Perairan Pulau Panjang. Pihak-pihak tersebut meliputi elemen pemerintah, akademik, NGO, dan Masyarakat. Berdasarkan hal tersebut kemudian muncul gagasan program berupa penerapan Metode TERFS (Transplanting Eelgrass Remotely with Frame System). Transplantasi Metode TERFS dilakukan dengan cara mengikat rimpang lamun pada frame ukuran 60 cm x 60 cm dan tiap frame berisi 25 bibit lamun yang dibenamkan kedalam substrat pada titiktitik yang ditentukan. Metode ini terbukti meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam proses transplantasi. Berbeda dengan metode lain yang harus mengikat bibit lamun satu per satu pada pada proses transplantasi, metode TERFS menggunakan frame yang dapat mengikat 25 bibit lamun dalam sekali proses transplantasi. Sehingga dapat lebih efisien dalam proses transplantasi lamun, pemerataan sebaran bibit lamun, dan memudahkan monitoring vegetasi lamun yang mana menggunakan metode transek.
Perubahan yang dilakukan dari Sistem Lama
PT PLN (Persero) UIK Tanjung Jati B melakukan inovasi program Penerapan Metode TERFS pada Transplantasi Lamun dalam Rehabilitasi Ekosistem Padang Lamun di Pulau Panjang. Inovasi ini pertama kali diimplementasikan di Indonesia berdasarkan data Best Practice 2018-2023 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang mana belum pernah diimplementasikan di sektor PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap).
Perubahan Sistem dari Program Inovasi
Program Penerapan Metode TERFS pada Transplantasi Lamun dalam Rehabilitasi Ekosistem Padang Lamun di Pulau Panjang berdampak pada perubahan sistem dengan nilai tambah perubahan rantai nilai, dimana menerapkan konsep Ecological Engineering dalam rehabilitasi ekosistem padang lamun yang menggunakan teknik transplantasi lamun dengan metode bernama TERFS (Transplanting Eelgrass Remotely with Frame System). Metode TERFS menggunakan frame berisi 25 bibit lamun dalam sekali proses transplantasi lamun. Sehingga dapat lebih efisien dalam proses transplantasi lamun, pemerataan sebaran bibit lamun, dan memudahkan monitoring vegetasi lamun yang mana menggunakan metode transek. Penjelasan penerapan program inovasi sebagai berikut:
Kondisi sebelum adanya program:
Kerusakan pada ekosistem padang lamun di perairan Pulau Panjang akibat aktivitas alami maupun aktivitas manusia.
Kondisi setelah adanya program:
Program Penerapan Metode TERFS pada Transplantasi Lamun dalam Rehabilitasi Ekosistem Padang Lamun di Pulau Panjang terbukti telah berhasil. Hasil pengamatan tentang ekosistem padang lamun di perairan Pulau Panjang memperlihatkan lima jenis lamun yang ditemukan menyebar di tiga stasiun pengamatan, yaitu: Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Oceana serrulata dan Halophila ovalis.